Ciri-ciri Burung Prenjak Jawa:
Ilmupedia.web.id - Burung
kecil ramping, dengan panjang total (diukur dari ujung paruh hingga
ujung ekor) sekitar 10 cm. Hampir seluruh sisi atas badan berwarna
coklat hijau-zaitun. Tenggorokan dan dada putih, perut dan pantat
kekuningan. Sisi dada dan paha keabu-abuan. Ciri khas: sayap dengan dua
garis putih, serta ekor panjang dengan ujung berwarna hitam dan putih.
Paruh panjang runcing, sebelah atas berwarna kehitaman dan sebelah bawah
kekuningan. Kaki langsing dan rapuh berwarna coklat kemerahan atau
merah jambu.
Perbedaan Jenis Kelamin Burung Prenjak Jawa:
Jantan
bila dibedakan dari betina dengan ukuran tubuhnya yang lebih besar dan
aktif berkicau. Ekor lebih panjang dan warna sayap yang lebih gelap .
Kebiasaan & Penyebaran Burung Prenjak Jawa:
Burung
yang ramai dan lincah, yang sering ditemui di tempat terbuka atau
daerah bersemak di taman, pekarangan, tepi sawah, hutan sekunder, hingga
ke hutan bakau. Juga kerap teramati di perkebunan teh. Dua atau tiga
ekor, atau lebih, kerap terlihat berkejaran sementara mencari makanan di
antara semak-semak, sambil berbunyi-bunyi keras cwuit-cwuit-cwuit..
ciblek-ciblek-ciblek-ciblek.. ! Ekor yang tipis digerakkan ke atas saat
berkicau.

Mencari
mangsanya yang berupa aneka serangga dan ulat, perenjak jawa berburu
mulai dari permukaan tanah hingga tajuk pepohonan. Burung ini membuat
sarangnya di rerumputan atau semak-semak hingga ketinggian sekitar 1,5 m
di atas tanah. Sarang berbentuk bola kecil dianyam dari rerumputan dan
serat tumbuhan.
Perenjak
Jawa adalah burung endemik (menyebar terbatas) di wilayah Sumatra, Jawa
dan Bali. Di Sumatra tidak jarang sampai ketinggian 900 m dpl,
sedangkan di Jawa dan Bali umum sampai ketinggian 1.500 m dpl
Tingkat Kehidupan:
Sebelum
tahun 1990-an, burung ini boleh dibilang tidak memiliki nilai ekonomi,
sehingga banyak dibiarkan bebas dan meliar seperti halnya burung gereja
dan burung pipit. Sifatnya yang mudah beradaptasi dan tidak takut pada
manusia menyebabkan populasi burung ini cukup tinggi pada
wilayah-wilayah yang sesuai.
Setelah
tahun-tahun itu, burung ini mulai banyak diburu orang untuk
diperdagangkan terutama di Jawa. Apalagi burung ini mudah dijumpai di
wilayah perkebunan dan memiliki keistimewaan mudah jinak. Sifat jinaknya
membuat ia mudah ditangkap dengan cara dipikat yaitu memakai bantuan
cermin di dalam sangkar. Burung yang tertarik dengan bayangannya sendiri
akan terjebak di dalam sangkar.
Cara
lain adalah dengan memasang jerat atau rajut di sekitar sarangnya, atau
dengan perangkap getah (pulut) pada tempat-tempat tidurnya di waktu
malam. Para penangkap burung yang terampil, bahkan, kerap hanya
bermodalkan senter, kehati-hatian dan kecepatan tangan menangkap burung
yang tidur di malam hari.
Sayang
sekali burung ini mudah stres dan mati dalam pemeliharaan, terutama
apabila yang ditangkap adalah burung dewasa. Belum lagi jika
pemeliharanya tidak berpengalaman. Namun ini agaknya tidak menyurutkan
minat para penangkap burung untuk terus memburunya.
Sampai
sekarang, burung ini belum berhasil dibiakkan dalam tangkaran. Dan para
penggemar burung masih bergantung pada tangkapan dari alam.Eksploitasi
yang berlebihan ini segera terlihat akibatnya. Di wilayah-wilayah
tertentu seperti di pinggiran Jakarta dan Bogor, di mana burung ini
melimpah sebelum tahun ‘90an, kini seolah ‘kehabisan stok’.
Perenjak
Jawa semakin jarang terlihat di taman-taman, dan hadir terbatas di
tempat-tempat tertentu yang masih dekat hutan.Dalam pemeliharaan
biasanya burung ini sering diberi makanan berupa kroto (tempayak dan
anak semut rangrang), ulat hongkong, serta pelet (voer).
Info Umum Tentang Burung Prenjak Jawa
4/
5
Oleh
Admin