Ilmupedia.web.id - Budidaya Tanaman Jahe Yang Baik dan Benar
1. SEJARAH SINGKAT
Jahe
berasal dari Asia Pasifik yg tersebar dari India sampai Cina. Oleh
karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yg pertama kali
memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak &
obat-obatan tradisional. Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh),
beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi
(Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa & Bali), jhai (Madura), melito
(Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.
2. URAIAN TANAMAN JAHE
2.1 Klasifikasi
- Divisi : Spermatophyta
- Sub-divisi : Angiospermae
- Kelas : Monocotyledoneae
- Ordo : Zingiberales
- Famili : Zingiberaceae
- Genus : Zingiber
- Species : Zingiber officinale
2.2 Deskripsi.
Terna
berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna
kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ;
tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ; bentuk lidah daun memanjang,
panjang 7,5 – 10 mm, & tidak berbulu; seludang agak berbulu.
Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat
atau bundar telur yg sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya, sangat tajam ;
panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm ; gagang bunga hampir
tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang
terdapat 5 – 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat,
hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung berbentuk
bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna
hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk
tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna
kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna
ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 –
15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik 2
2.3 Jenis Tanaman
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk & warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
Jahe
putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak :
Rimpangnya lebih besar & gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung
dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat
berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe
olahan.
Jahe
putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit :
Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini
selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih
besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping
seratnya tinggi. Jahe ini cocok utk ramuan obat-obatan, atau utk
diekstrak oleoresin & minyak atsirinya.
Jahe
merah : Rimpangnya berwarna merah & lebih kecil dari pada jahe
putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah
tua, & juga memiliki kandungan minyak atsiri yg sama dengan jahe
kecil, sehingga cocok utk ramuan obat-obatan.
3. MANFAAT TANAMAN
Rimpang
jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma & rasa pada
makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula &
berbagai.minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak
wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat
acar, lalap, bandrek, sekoteng & sirup. Dewasa ini para petani cabe
menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual
dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk & awetan jahe. Disamping itu
terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri & koresin yg
diperoleh dengan cara penyulingan yg berguna sebagai bahan pencampur
dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis & lain-lain.
Adapun
manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif
(peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh
darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba & parasit,
anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung
& getah empedu.
4. SENTRA PENANAMAN
Terdapat
di seluruh Indonesia, ditanam di kebun & di pekarangan. Pada saat
ini jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina,
Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria,
Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan
India merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 %
dari total produksi jahe dunia.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
- Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
- Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yg terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
- Suhu udara optimum utk budidaya tanaman jahe antara 20-35°C.
Media Tanam
- Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yg subur, gembur & banyak mengandung humus.
- Tekstur tanah yg baik adalah lempung berpasir, liat berpasir & tanah laterik.
- Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum utk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
Ketinggian Tempat
- Jahe tumbuh baik di daerah tropis & subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl..
- Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan Jahe
Persyaratan
Bibit Jahe : Bibit berkualitas adalah bibit yg memenuhi syarat mutu
genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yg tinggi), & mutu
fisik. yg dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yg bebas hama &
penyakit. Oleh karena itu kriteria yg harus dipenuhi antara lain:
- Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
- Dipilih bahan bibit dari tanaman yg sudah tua (berumur 9-10 bulan).
- Dipilih pula dari tanaman yg sehat & kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
- Teknik Penyemaian Bibit : utk pertumbuhan tanaman yg serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
Penyemaian
pada peti kayu : Rimpang jahe yg baru dipanen dijemur sementara (tidak
sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang
tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas
& dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit
tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan
dalam larutan fungisida & zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit
kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan
cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti
kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu
gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yg paling atas
adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi,
bibit jahe tersebut sudah disemai.
Penyemaian
pada bedengan : Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m utk
menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah
penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm.
Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami,
& di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian
seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian
atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan
penyiraman setiap hari & sesekali disemprot dengan fungisida.
Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas
dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah..Bibit hasil seleksi
itu dipatah-patahkan dengan tangan & setiap potongan memiliki 3-5
mata tunas & beratnya 40-60 gram.
Penyiapan
Bibit Jahe : Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman
penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung &
dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit
dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
6.2. Pengolahan Media Tanam
Persiapan
Lahan : utk mendapatkan hasil panen yg optimal harus diperhatikan
syarat-syarat tumbuh yg dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yg
ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yg dibutuhkan tanaman jahe, maka
harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
Pembukaan
Lahan : Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih
dari 30 cm dengan tujuan utk mendapatkan kondisi tanah yg gembur atau
remah & membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan
2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit & hama
akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama
dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yg
kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam & sekaligus diberikan pupuk
kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
Pembentukan
Bedengan : Pada daerah-daerah yg kondisi air tanahnya jelek &
sekaligus utk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah
menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm,
sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengapuran
: Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara
didalamnya, Terutama fosfor (p) & calcium (Ca) dalam keadaan tidak
tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yg masam ini dapat menjadi
media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp &
pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yg sangat
diperlukan tanaman utk mengeraskan bagian tanaman yg berkayu, merangsang
pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah &
merangsang pembentukan biji.
- Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
- Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
- Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
6.3. Teknik Penanaman Jahe.
Penentuan
Pola Tanaman : Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah
tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi
& produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe
secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan
kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain
mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
- Mengurangi kerugian yg disebabkan naik turunnya harga.
- Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
- Meningkatkan produktivitas lahan.
Memperbaiki
sifat fisik & mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma
(tanaman pengganggu). Praktek di lapangan, ada jahe yg ditumpangsarikan
dengan sayur-sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis
& lain-lain. Ada juga yg ditumpangsarikan dengan palawija, seperti
jagung, kacang tanah & beberapa kacang-kacangan lainnya.
Pembutan
Lubang Tanam : utk menghindari pertumbuhan jahe yg jelek, karena
kondisi air tanah yg buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi
bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur
sedalam 3-7,5 cm utk menanam bibit.
Cara
Penanaman : Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit
rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yg sudah disiapkan.
Perioda
Tanam : Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan
sekitar bulan September & Oktober. Hal ini dimungkinkan karena
tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak utk pertumbuhannya.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
: Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan utk melihat
rimpang yg mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar
pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman
lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yg baik serta pemeliharaan yg
benar.
Penyiangan
: Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu
kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman
pengganggu yg tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya
tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut
rimpangnya mulai besar..
Pembubunan
: Tanaman jahe memerlukan tanah yg peredaran udara & air dapat
berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan
pembubunan utk menimbun rimpang jahe yg kadang-kadang muncul ke atas
permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul
tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan
berikutnya dapat diperdalam & diperlebar setiap kali pembubunan akan
berbentuk gubidan & sekaligus terbentuk sistem pengairan yg
berfungsi utk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan
pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yg terdiri atas 3-4
batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman
jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah & banyaknya hujan.
Pemupukan :
Pemupukan
Organik : Pada pertanian organik yg tidak menggunakan bahan kimia
termasuk pupuk buatan & obat-obatan, maka pemupukan secara organik
yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang
dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan.
Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman
pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton
per hektar yg ditebar & dicampur tanah olahan. utk menghemat
pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi
tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per
tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6
bulan, & 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg
per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah
kegiatan penyiangan & bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
Pemupukan
Konvensional : Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe
perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan).
Pupuk dasar yg digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan
tahap kedua digunakan pupuk kandang & pupuk buatan (urea 20
gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; & ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112
kg/ha) pada tanaman yg berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan
pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), & K2O (75 kg/ha). Pupuk P
diberikan pada awal tanam, pupuk N & K diberikan pada awal tanam
(1/3 dosis) & sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman
berumur 2 bulan & 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara
merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur & ditanam di
sela-sela tanaman.
Pengairan
& Penyiraman : Tanaman Jahe tidak memerlukan air yg terlalu banyak
utk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan
penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
Waktu
Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan
mulai dari saat penyimpanan bibit yg utk disemai & pada saat
pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya
dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yg mendorong
pertumbuhan jahe.
7. HAMA & PENYAKIT
7.1. Hama Tanaman Jahe
Hama yg dijumpai pada tanaman jahe adalah:
- Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
- Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering & mati.
- Kumbang.
7.2. Penyakit Tanaman Jahe
Penyakit layu bakeri
Gejala:
Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat & menggulung kemudian
terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning & mengering.
Kemudian tunas batang menjadi busuk & akhirnya tanaman mati rebah.
Bila diperhatikan, rimpang yg sakit itu berwarna gelap & sedikit
membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu
sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4
bulan & yg paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yg dingin,
genangan air & kondisi tanah yg terlalu lembab.
Pengendalian:
- jaminan kesehatan bibit jahe;
- karantina tanaman jahe yg terkena penyakit;
- pengendalian dengan pengolahan tanah yg baik;
- pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)
Penyakit busuk rimpang
Penyakit
ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh
dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C & terus berkembang
akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.
Gejala: Daun bagian bawah yg berubah menjadi kuning lalu layu & akhirnya tanaman mati.
Pengendalian:.
- penggunaan bibit yg sehat;
- penerapan pola tanam yg baik;
- penggunaan fungisida.
Penyakit bercak daun
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.
Gejala:
Pada daun yg bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercak-bercak
itu berwarna abu-abu & ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna
hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yg terserang bisa mati.
Pengendalian:
baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama
halnya dengan cara-cara yg dijelaskan di atas.
7.3. Gulma
Gulma
potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain
adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, & gulma berdaun lebar
lainnya.
7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam
pertanian organik yg tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya
melainkan dengan bahan-bahan yg ramah lingkungan biasanya dilakukan
secara terpadu sejak awal pertanaman utk menghindari serangan hama &
penyakit tersebut yg dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yg
komponennya adalah sbb:
- Mengusahakan pertumbuhan tanaman yg sehat yaitu memilih bibit unggul yg sehat bebas dari hama & penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
- Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
- Menggunakan varietas-varietas unggul yg tahan terhadap serangan hama & penyakit.
- Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
- Menggunakan teknik-teknik budidaya yg baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yg saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya utk memutuskan siklus penyebaran hama & penyakit potensial.
Penggunaan
pestisida, insektisida, herbisida alami yg ramah lingkungan & tidak
menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yg dipanen ma maupun
pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan
darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yg diperoleh dari hasil
pengamatan.
Beberapa tanaman yg dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati & digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:.
- Tembakau (Nicotiana tabacum) yg mengandung nikotin utk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi utk serangga kecil misalnya Aphids.
- Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yg mengandung piretrin yg dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yg menyerang urat syaraf pusat yg aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, & lalat buah.
- Tuba (Derris elliptica & Derris malaccensis) yg mengandung rotenone utk insektisida kontak yg diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
- Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yg mengandung azadirachtin yg bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng & serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif utk menanggulangi serangan virus RSV, GSV & Tungro.
- Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yg bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yg dapat digunakan sebagai insektisida & larvasida.
- Jeringau (Acorus calamus) yg rimpangnya mengandung komponen utama asaron & biasanya digunakan utk racun serangga & pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
8. PANEN
Ciri
& Umur Panen Jahe: Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan
jahe itu sendiri. Bila kebutuhan utk bumbu penyedap masakan, maka
tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan
cara mematahkan sebagian rimpang & sisanya dibiarkan sampai tua.
Apabila jahe utk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur
tanaman jahe yg sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri
warna daun berubah dari hijau menjadi kuning & batang semua
mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan
& akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.
Cara
Panen : Cara panen yg baik, tanah dibongkar dengan hati-hati
menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang
jahe terluka. Selanjutnya tanah & kotoran lainnya yg menempel pada
rimpang dibersihkan & bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di
atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat
penyimpanan harus terbuka, tidak lembab & penumpukannya jangan
terlalu tinggi melainkan agak disebar.
Periode
Panen. : Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu
diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan
mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat
dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada
musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan
rusaknya rimpang & menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan
rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
Perkiraan
Hasil Panen : Produksi rimpang segar utk klon jahe gajah berkisar
antara 15-25 ton/hektar, sedangkan utk klon jahe emprit atau jahe sunti
berkisar antara 10-15 ton/hektar.
9. PASCAPANEN
Penyortiran
Basah & Pencucian : Sortasi pada bahan segar dilakukan utk
memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, & gulma.
Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran & tempatkan
dalam wadah plastik utk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air
bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air
bilasannya & jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali
atau dua kali lagi. Hindari pencucian yg terlalu lama agar kualitas
& senyawa aktif yg terkandung didalam tidak larut dalam air.
Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar
kotoran & banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian
selesai, tiriskan dalam tray/wadah yg belubang-lubang agar sisa air
cucian yg tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah
plastik/ember.
Perajangan
: Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel
& alasi bahan yg akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang
dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah
perajangan, timbang hasilnya & taruh dalam wadah plastik/ember.
Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
Pengeringan
: Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar
matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 -
5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar
matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang
tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira
setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut
dari air, udara yg lembab & dari bahan-bahan disekitarnya yg bisa
mengkontaminasi..Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 ° C -
60 ° C. Rimpang yg akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven &
pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan,
timbang jumlah rimpang yg dihasilkan
Penyortiran
Kering. : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yg telah
dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing
seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang
hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
Pengemasan
: Setelah bersih, rimpang yg kering dikumpulkan dalam wadah kantong
plastik atau karung yg bersih & kedap udara (belum pernah dipakai
sebelumnya). Berikan label yg jelas pada wadah tersebut, yg menjelaskan
nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi,
nama/alamat penghasil, berat bersih & metode penyimpanannya.
Penyimpanan
: Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab & suhu tidak
melebihi 30 ° C & gudang harus memiliki ventilasi baik & lancar,
tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yg menurunkan
kualitas bahan yg bersangkutan, memiliki penerangan yg cukup (hindari
dari sinar matahari langsung), serta bersih & terbebas dari hama
gudang.
Budidaya Tanaman Jahe Yang Baik dan Benar
4/
5
Oleh
Admin