Budidaya Ikan Lele
Ilmupedia.web.id - Budidaya
ikan lele sangat diminati para peternak karena pasarnya yang terus
berkembang. Pemerintah juga gencar memberikan dukungan melalui riset
benih lele unggul dan kampanye gerakan makan ikan. Sehingga bermunculan
sentra-sentra budidaya ikan lele di sejumlah daerah.
Untuk
mendapatkan keuntungan maksimal, budidaya ikan lele sebaiknya tidak
dilakukan secara sampingan atau sekadar kegiatan subsisten. Ikan lele
sanggup hidup dalam kepadatan tebar yang tinggi dan memiliki rasio
pemberian pakan berbanding pertumbuhan daging yang baik. Oleh karena
itu, usaha budidaya ikan lele akan memberikan keuntungan lebih apabila
dilakukan secara intensif.
Terdapat
dua segmen usaha budidaya ikan lele, yaitu segmen pembenihan dan segmen
pembesaran. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas budidaya ikan
lele segmen pembesaran. Berikut kami uraikan tahap-tahap persiapannya.
Penyiapan kolam tempat budidaya ikan lele
Ada
berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan sebagai tempat budidaya
ikan lele. Untuk memutuskan kolam apa yang cocok, harap pertimbangkan
kondisi lingkungan dan ketersediaan tenaga kerja terampil. Lalu,
cocokkan dengan sumber dana yang kita miliki. Perlu diperhatikan bahwa
setiap tipe kolam memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing bila
ditinjau dari segi usaha budidaya.
Tipe-tipe
kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah kolam tanah,
kolam semen, kolam terpal, jaring apung dan keramba. Namun dalam artikel
ini kita hanya membahas kolam tanah saja, mengingat jenis kolam ini
paling banyak digunakan oleh para peternak ikan.
a. Pengeringan dan pengolahan tanah
Sebelum
benih ikan lele ditebarkan, kolam harus dikeringkan telebih dahulu.
Lama pegeringan berkisar 3-7 hari atau bergantung pada teriknya sinar
matahari. Sebagai patokan, apabila permukaan tanah sudah retak-retak,
kolam bisa dianggap sudah cukup kering. Pengeringan kolam bertujuan
untuk memutus keberadaan mikroorganisme jahat yang menyebabkan bibit
penyakit. Mikroorganisme tersebut bisa bekembang dari sisa-sisa priode
budidaya ikan lele sebelumnya. Dengan pengeringan dan penjemuran,
sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati.
Setelah
dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik dengan cangkul.
Pembajakan tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah dan
membuang gas beracun yang tertimbun di dalam tanah. Selain penggemburan,
lakukan pengangkatan lapisan lumpur hitam berbau busuk yang biasanya
terdapat di dasar kolam. Karena lumpur hitam tersebut menyimpan gas-gas
beracun seperti amonia dan hidrogen sulfida. Gas-gas itu terbentuk dari
tumpukan sisa pakan yang tidak habis pada periode budidaya ikan lele
sebelumnya.
b. Pengapuran dan pemupukan
Pengapuran
berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu memberantas
mikroorganisme patogen. Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit atau
kapur tohor. Pengapuran dilakukan dengan cara ditebar secara merata di
atas permukaan dasar kolam. Setelah ditebari kapur, balik tanah dengan
cangkul agar kapur meresap ke bagian dalam. Dosis yang diperlukan untuk
pengapuran dasar kolam adalah 250-750 gram per meter persegi, atau
tergantung pada derajat keasaman tanah. Semakin asam tanah semakin
banyak kapur yang dibutuhkan.
Langkah
selanjutnya adalah pemupukan. Pupuknya menggunakan paduan pupuk organik
ditambah urea dan TSP. Jenis pupuk organiknya bisa pupuk kandang atau
pupuk kompos, dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi.
Sedangkan dosis pupuk kimianya adalah urea 15 gram per meter persegi dan
TSP 10 gram per meter persegi. Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk
menyediakan nutrisi bagi biota seperti fitoplankton dan cacing. Biota
tersebut berguna untuk makanan alami ikan lele.
c. Pengaturan air kolam
Ketinggian
air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah 100-120 cm. Pengisian
kolam harus dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk, isi dengan
air sampai batas 30-40 cm. Pada ketinggian tersebut sinar matahari
masih bisa tembus hingga dasar kolam dan memungkinkan biota dasar kolam
seperti fitoplankton tumbuh dengan baik. Kolam yang sudah ditumbuhi
fitoplankton airnya akan berwarna kehijauan. Setelah satu minggu, baru
benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam ditambah secara
berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada ketinggian
ideal.
Pemilihan benih ikan lele
Tingkat
kesuksesan budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh kualitas benih
yang ditebar. Benih yang akan digunakan dalam budidaya ikan lele
hendaklah dari jenis benih unggul. Ada beberapa jenis ikan lele yang
biasa dibudidayakan di Indonesia.
alam
artikel ini kami merekomendasikan jenis ikan lele Sangkuriang yang
dikembangkan BBPBAT Sukabumi. Alasannya, ikan lele sangkuriang merupakan
hasil perbaikan dari lele dumbo. Dimana kualitas dari lele dumbo yang
saat ini beredar di masyarakat semakin menurun dari waktu ke waktu.
Benih ikan lele bisa kita dapatkan dengan cara membeli atau melakukan pembenihan ikan lele sendiri.
Hal yang paling penting adalah benih unggul yang digunakan harus benih yang baik dan sehat.
a. Syarat benih unggul
Benih
yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Benih yang kualitasnya
buruk tidak bisa menghasilkan dengan maksimal dan rentan terhadap
serangan penyakit. Ciri-ciri benih yang sehat gerakannya lincah, tidak
terdapat cacat atau luka dipermukaan tubuhnya, bebas dari bibit penyakit
dan gerakan renangnya normal. Untuk menguji gerakan renangnya, coba
tempatkan ikan pada arus air, jika ikan tersebut menantang arah arus air
berarti gerakan renangnya normal.
Ukuran
benih untuk budidaya ikan lele sebaiknya memiliki panjang sekitar 5-7
cm. Usahakan ukurannya rata agar ikan bisa tumbuh dan berkembang
serempak. Dari benih sebesar itu, dalam jangka waktu pemeliharaan
2,5-3,5 bulan akan didapatkan lele ukuran konsumsi sebesar 9-12 ekor per
kilogram.
b. Cara menebar benih
Sebelum
benih ditebar, lakukan penyesuaian iklim terhadap benih. Caranya,
masukan benih yang baru datang dengan wadahnya (ember/jeriken) ke dalam
kolam. Biarkan selama 15 menit agar terjadi penyesuaian suhu tempat
benih dengan suhu kolam sebagai lingkungan barunya. Miringkan wadah dan
biarkan benih keluar dengan sendirinya. Metode ini bermanfaat mencegah
stres pada benih.
Tebarkan
benih ikan lele ke dalam kolam dengan kepadatan 200-400 ekor per meter
persegi. Semakin baik kualitas air kolam, semakin tinggi jumlah benih
yang bisa ditampung. Hendaknya tinggi air tidak lebih dari 40 cm saat
benih ditebar. Hal ini menjaga agar benih ikan bisa menjangkau permukaan
air untuk mengambil pakan atau bernapas. Pengisian kolam berikutnya
disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan sampai mencapai ketinggian air yang
ideal.
Menentukan kapasitas kolam
Berikut
ini cara menghitung kapasitas kolam untuk budidaya ikan lele secara
intensif. Asumsi kedalaman kolam 1-1,5 meter (kedalaman yang
dianjurkan). Maka kepadatan tebar bibit lele yang dianjurkan adalah
200-400 ekor per meter persegi. Contoh, untuk kolam berukuran 3 x 4
meter maka jumlah bibit ikannya minimal (3×4) x 200 = 2400 ekor,
maksimal (3×4) x 400 = 4800 ekor.
Catatan: kolam tanah kapaistasnya lebih sedikit dari kolam tembok.
Pakan untuk budidaya ikan lele
Pakan
merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada banyak
sekali merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang baik
adalah pakan yang menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih kecil
dari satu. FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding bertumbuhan daging.
Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas pakan. Untuk mencapai
hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian pakan utama
dan pakan tambahan secara berimbang.
a. Pemberian pakan utama
Pakan
yang baik harus mengandung nutrisi yang diperlukan oleh ikan lele.
Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung protein
hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele adalah
protein (minimal 30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%), vitamin dan
mineral. Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata sudah dilengkapi
dengan keterangan kandungan nutrisi. Tinggal kita pandai-pandai memilih
mana yang bisa dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli pakan
kadaluarsa.
Pakan
harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya
ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele
dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot
tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu timbang
dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang
panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.
Jadwal
pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan ikan.
Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang
masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang,
sore dan malam hari. Harus diingat, ikan lele merupakan hewan nokturnal,
aktif pada malam hari. Pertimbangkan pemberian makan lebih banyak pada
sore dan malam hari. Pakan diberikan dengan ditebar. Si pemberi pakan
harus jeli melihat reaksi ikan. Berikan pakan saat ikan lele agresif
menyantap pakan dan berhenti apabila ikan sudah terlihat malas untuk
menyantapnya.
b. Pemberian pakan tambahan
Selain
pakan utama, bisa dipertimbangkan juga untuk memberi pakan tambahan.
Pemberian pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya pengeluaran
pakan yang memang cukup menguras kantong. Apabila kolam kita dekat
dengan pelelangan ikan, bisa dipertimbangkan pemberian ikan rucah segar.
Ikan rucah adalah hasil ikan tangkapan dari laut yang tidak layak
dikonsumsi manusia karena ukuran atau cacat dalam penangkapannya. Bisa
juga dengan membuat belatung dari campuran ampas tahu.
Keong
mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu.
Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging
keong mas dengan cangkangnya, lalu dicincang. Untuk ayam bersihkan
bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele.
Satu
hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele, jangan
sampai telat atau kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat kanibal,
yakni suka memangsa sejenisnya. Apabila kekurangan pakan, ikan-ikan yang
lebih besar ukurannya akan memangsa ikan yang lebih kecil.
Pengelolaan air
Hal
penting lainnya dalam budidaya ikan lele adalah pengelolaan air kolam.
Walaupun ikan lele bisa hidup dalam kondisi air yang buruk, untuk
mendapatkan hasil maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap
terjaga.
Awasi
kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam.
Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen sulfida yang
dicirikan dengan adanya bau busuk. Oleh karena itu, apabila sudah
muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian bawah. Kemudian isi lagi
dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat tergantung pada
kebiasaan memberikan pakan. Apabila dalam memberikan pakan banyak
menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih sering dilakukan. Selain
itu, apabila air terlihat berkurang karena penguapan atau kebocoran
kolam, segera tambahkan.
Pengendalian hama dan penyakit
Hama
yang paling umum dalam budidaya ikan lele antara lain hama predator
seperti linsang, ular, sero, musang air dan burung. Sedangkan hama yang
menjadi pesaing antara lain ikan mujair. Untuk mencegahnya yaitu dengan
memasang saringan pada jalan masuk dan keluar air atau memasang pagar di
sekeliling kolam.
Penyakit
pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa, bakteri dan virus.
Ketiga mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan.
Beberapa diantaranya adalah bintik putih, kembung perut dan luka di
kepala dan ekor. Untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi adalah dengan
menjaga kualitas air, mengontrol kelebihan pakan, menjaga kebersihan
kolam, dan mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC. Selain penyakit
infeksi ikan lele juga bisa terserang penyakit non-infeksi seperti
kuning, kekurangan vitamin dan lain-lain.
Panen budidaya ikan lele
Pemanenan
budidaya ikan lele untuk konsumsi dalam negeri biasanya berukuran 9-12
ekor per kg. Untuk mencapai ukuran konsumsi dari benih sebesar 5-7 cm
dibutuhkan waktu sekitar 2,5 sampai 3,5 bulan dari awal benih ditebar.
Sedangkan untuk ekspor, berat ikan lele bisa mencapai 500 gram per ekor.
Pemanenan
harus dilakukan dengan hati-hati. Satu hari (24 jam) sebelum panen,
sebaiknya ikan lele tidak diberi pakan agar tidak buang kotoran saat
diangkut. Pada saat ikan lele dipanen hendaknya disortasi terlebih
dahulu untuk misahkan lele berdasarkan ukurannya. Pemisahan ukuran ini
berdampak pada harga. Ikan lele yang sudah disortasi berdasarkan ukuran
akan meningkatkan pendapatan bagi peternak.
Sumber : Alamtani.com
Belum ada Komentar untuk "Budidaya Ikan Lele"
Posting Komentar